Parepos – Dalam dunia protagonis film India modern, Pushpa berdiri kokoh sebagai karakter ikonik.
Awalnya, Pushpa hanyalah seorang pekerja harian dengan nama feminin yang berarti “bunga” dan beban besar akibat stigma masa lalunya. Namun, dengan kecerdasan dan keberaniannya, ia naik pangkat dalam jaringan penyelundupan kayu cendana, menjadi pemimpin sindikat dan “godfather” di kota Chittoor.
Namun, kekuasaan dan uang bukanlah yang memotivasi Pushpa. Lebih dari segalanya, ia mendambakan rasa hormat dan legitimasi, yang tidak pernah ia dapatkan sejak kecil karena ayahnya tidak pernah menikahi ibunya secara sah. Walaupun terlihat tak terkalahkan seperti pahlawan Marvel, Pushpa tetap dihantui luka batin. Kombinasi inilah yang membuat karakternya begitu kuat dan menarik.
Aksi dan Pesona Allu Arjun
Kreativitas flamboyan sutradara dan penulis Sukumar Bandreddi menemukan ekspresi sempurna melalui bakat Allu Arjun. Dalam Pushpa 2: The Rule, Arjun menampilkan romansa, tari, tangisan, hingga aksi brutal yang memukau. Bahkan, ia mampu menghajar lawan dengan memakai makeup, sari, anting, dan gelang. Jarang ada aktor utama yang bisa memerankan hal ini dengan penuh percaya diri.
Sekuel ini dirancang sebagai film terbesar di India. Sukumar dan Arjun tidak mengambil jalan pintas dalam menyajikan kisah ini, meskipun terdapat nomor tarian yang mudah dilupakan. Film ini penuh dengan keringat, ambisi, dan keberanian. Namun, pertanyaan yang muncul: seberapa banyak Pushpa yang terlalu berlebihan? Karena durasi 3 jam 20 menit terasa seperti overdosis.
Cerita yang Penuh Ketegangan
Plot di paruh pertama berkisar pada permainan cerdas antara Pushpa dan Bhanwar Singh Shekhawat (Fahadh Faasil). Pushpa kini menjadi pemain internasional yang memanipulasi pemilihan umum dan jabatan menteri utama. Namun, ia juga harus menyelundupkan ribuan ton kayu cendana keluar dari India, sekaligus menjaga istrinya, Srivalli (Rashmika Mandanna), tetap bahagia.
Di paruh kedua, fokus cerita bergeser ke keluarga besar Pushpa saat musuh baru muncul. Alur cerita ini tentunya akan berlanjut ke Pushpa 3: The Rampage.
Kelebihan dan Kekurangan
Film ini dipenuhi momen-momen yang mengejutkan dan kreatif, seperti adegan sebelum jeda yang mengundang tawa. Meski aksi penuh amarah mendominasi, ada momen-momen emosional yang menyentuh hati. Namun, film ini terlalu lama berada di “mode maksimum”, tanpa memberi ruang untuk jeda atau keheningan.
Beberapa adegan terasa repetitif, seperti pengenalan lambat karakter Pushpa yang berulang-ulang. Subplot dengan karakter perempuan yang kurang berkembang juga menjadi titik lemah, terutama karena penggambaran kekerasan seksual yang terlalu vulgar.
Musik dari Devi Sri Prasad tidak sekuat film pertama, meskipun skor latar membantu menguatkan aksi.
Kesimpulan
Meskipun terdapat kekurangan, aksi dan karisma Allu Arjun membuat film ini tetap memukau. Penonton mungkin akan merasa lelah setelah menonton, tetapi tetap penasaran menunggu Pushpa 3: The Rampage. Film ini memberikan pengalaman yang megah, namun terlalu berat jika dinikmati dalam satu duduk.